Kamis, 11 Desember 2008

Me and Culture: BARAPEN, Kekeluargaan yang Erat


"We, ayo ktong ikut barapen"
Kalimat penggalan di atas adalah kalimat ajakan untuk mengikuti upacara barapen dalam dialek logat Papua yang artinya mari mengikuti acara barapen. Mungkin kata ini terdengar asing di telinga teman-teman. Ijinkan penulis dalam tulisan ini untuk memperkenalkan kepada teman-teman budaya dari daerah Papua khususnya Jayapura yang bernama Barapen. Sebelum penulis menjelaskan tentang upacara Barapen, alangkah lebih baiknya kalau kita bersama sama melihat letak Papua. Biasanya hal ini menjadi suatu pertanyaan bagi banyak orang. "Dimana sih papua itu? Dekat dengan kalimantan, sumatra atau dimana?". Penulispun selalu mendapat pertanyaan tentang hal ini. Entah saat pertama kali masuk ke Universitas Kristen Petra ataupun saat bertemu dengan orang baru yang mengajak berkenalan.
papua adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Papua atau bagian paling timur West New Guinea (Irian Jaya). Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini atau East New Guinea. (wikipedia: 2002)
Sebagai salah satu daerah terkaya akan sumber daya alamnya, Papua menjadi salah satu daerah yang memberi pemasukan terbesar dalam hal kekayaan alamnya. Di papua sendiri ada kurang lebih 270 ragam lebih suku yang berbeda satu sama lain. Ini adalah suku-suku yang Artinya, ada lebih dari 270 bahasa, budaya dan adat-istiadat yang tersebar di papua. Perlu untuk menjadi catatan bahwa 270 ragam suku ini adalah yang masih diketahui. Belum lagi kalau yang akan ditemukan lagi.

Sekarang penulis akan menjelaskan kepada teman-teman apa yang dimaksud dengan upacara Barapen. Upacara Barapen ini adalah sala satu budaya tertua di Papua yang diturunkan oleh nenek moyang turun-temurun. Upacaranya adalah membakan daging-dagingan (biasanya daging yang digunakan adalah daging babi), dan sayur-sayuran (singkong, petatas, dll) dan berbagai macam ketela pohon. Semua daging, sayur dan umbi-umbian untuk Barapen dibawa oleh seluruh sanak saudara. Jadi, tidak ada yang tidak ikut berpartisipasi dalam acara ini. Semuanya ambil bagian. Yang membuatnya berbeda adalah cara memasaknya. Yah secara umum biasanya saat kita ingin memasak daging atau sayur-sayuran maka kita lebih cenderung menggunakan kompor atau kayu bakar. Dalam upacara Barapen, semua daging, sayur dan umbi-umbian dimasak dengan cara ditindih dengan batu-batu yang sudah dibakar selama satu jam. Bisa dibayangkan betapa panasnya.
Seperti gambar di atas ini bisa teman-teman lihat bahwa semua batu dibakar dalam sebuah lubang tanah yang sengaja dibuat dengan ditindis oleh daun-daun pisang. Tujuan dari dilapisi dengan dain pisang ini adalah supaya setiap daging yang nanti akan dibarapen, lemak-lemaknya bisa diserap oleh daun-daun pisang dan sayuran lainnya. Saat batu dirasa sudah panas maka tumpukan batu itu kembali dibuka sebagian. lalu semua sayu-sayuran dimasukkan lalu ditengah-tengahnya ditaruhlah daging babi dan umbi-umbian. Kembali lagi ditutup dengan sayur dan lapisan terakhirnya ditutup dengan batu untuk menjaga suhunya tetap panas dan dapat memasak semua sayur dan daging yang telah dimasukkan.
Saat menunggu sayuran, daging dan umbi-umbian masak, semua orang yang ikut dalam upacara barapen akan bernyanyi dan menari bersama diiringin lagu-lagu daerah. Semua orang, entah yang paling tua hingga yang muda bersama-sama menari dan bersukaria mengelilingi tumpukan batu Barapen.Salah satu lagu daerah yang biasanya dinyanyikan:
"Woa mombrobarya
Naike irian supine mombronarya
Woa mombrobarya
naike supine mombrobarya..."

Penggalan lagu di atas menceritakan tentang semangat dan daya juang nenek moyang yang tidak lelah naik turun lembah saat mereka berburu. Lagu-lagu yang dinyanyikan secara garis besar selalu menceritakan tentang suka cita dan perjuangan.

Untuk hasil makanannya? Jangan kuatir. Dijamin kalau daging yang dibakar dan sayur-sayurannya enak untuk dinikmati. Daging yang tadinya masih mentah menjadi masak karena ditutupi oleh sayur-sayuran dan umbi-umbian. lemaknyapun sudah tidak ada karena saat dimasak, lemak daging telah terserap ke sayur-sayuran yang menutupinya.

Tidak jarang bila upacara ini sering digunakan menjadi objek pariwisata mancanegara yang datang ke Papua. Penulispun sering mengikuti upacara Barapen ini bila sedang berlibur ke kampung halaman di Papua. Baisanya upacara ini dilakukan pada saat kedukaan (saat ada ysanak saudara yang meninggal dan dibuat upacara syukuran), syukuran hasil panen kebun. dan syukuran suksesasnya dan kembalinya sanak saudara yang merantau. Upacara barapen ini akan banyak sekali ditemukan dalam setiap kegiatan syukuran. namun tergantung juga dengan pemilik acara. Apakah dananya mencukupi atau mereka ingin membuat acaranya sederhana saja.

Sebagai generasi penerus bangsa, penulis harapkan agar melalui tulisan ini banyak teman-teman yang tergerak untuk menulis tentang budayanya. Selain untuk menjadi pengetahuan umum, hal ini bisa penjadi salah satu cara pelestarian budaya daerah kita. Tidak lucu kan bila budaya-budaya yang unik seperti ini hilang dalam jangka waktu lima tahun ke depan karena kita, generasi penerus tidak mengindahkannya?

Jadi bila teman-teman berkunjung ke Papua, jangan lupa untuk menghadari acara Barapen. Dijamin seru! Ayo, berpartisipasi dalam melestarikan budaya indonesia!

Jeni Beatrix Karay
51407138



3 komentar:

Listiani Lo (51407020) en Lisa Ongko (51407019) mengatakan...

Same2 kok jen... kita dah biasa kok dapet pertanyaan "dimana sih itu ?" trus kyk dianggap tinggal di pedalaman hutannn nan jauh disana...(inilah nasib anak perantau) hehehehe..

artikelmu menarik...bahas ttg salah satu kebudayaan Indonesia yang jarang ada yg tahu..

Cepet diselesaikan yee artikel yg kurang...(artikel yg ada to be continue-nya)hehehe

PERTEKOM MelFon mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
yurica mengatakan...

wei...mace...meskipun aku dulu pernah tinggal di papua, tapi aku baru tau loh ada upacara itu...
Kapan2 aku di ajak yah ikut upacara barapen...??? rasanya unik dan seru ^^
Dari artikelmu, aku jadi kangen sm papua...T.T
Gbu